Tidak bisa dipungkiri bahwa suatu keterampilan atau kesuksesan dalam suatu bidang tidak lepas dari sebuah kesabaran. Ya, dengan kita terus bersabar menikmati proses yang ada, terus mencoba berusaha mencintai apa yang kita lakukan, maka semua akan terasa indah. Pada saat kita tenggelam dalam asiknya suatu pekerjaan, maka secara tidak sadar, suasana hati kita akan turut terkondisikan dengan baik sesuai dengan perasaan kita.
Tentu untuk membuat kita menikmati apa yang sedang kita lakukan memang tidaklah mudah. Saya sendiri merasakan perjuangan untuk bisa menikmati apa yang sedang concern saya kerjakan saat ini. Secara alamiah saya tidak terlalu menikmatinya, tetapi saya perlu untuk mencoba menjadikannya sebagai suatu kenikmatan. Tidak mudah memang, bahkan dibutuhkan suatu paksaan supaya kita meraih kondisi yang baik itu.
Bukankah mesin solar baru akan panas setelah melewati kurun waktu tertentu. Bukankah para atlet angkat besi perlu mengeluarkan tenaga lebih saat mengangkat bebannya. Bukankah padi di sawah tumbuh setelah melewati tenggat waktu yang tidak cepat. Dan bukankah menuju pucak gunung, perlu melewati jalur yang berliku, berbatu, dan mendaki.
Semua butuh kesabaran dalam menjalaninya. Pada saat memulai itulah dimana kesabaran perlu kita tanam dalam diri. Ketika kita dalam keadaan terpaksa, pada saat itulah kesabaran memegang perannya, hingga pada suatu waktu, secara tidak sadar kita telah tenggelam dalam pekerjaan kita. Secara tidak sadar, kita telah melewati beberapa waktu dalam pekerjaan itu dan mulai terasa mengalir mengikuti iramanya.
Mulailah dengan 5 menit pertama. Inilah tips yang dapat kita coba. Ya mulai saja dulu selama 5 menit apa yang akan kita lakukan. Tanpa terasa kita telah melewati 5 menit, 15 menit, 30 menit hingga 1 jam kita telah mengerjakan sesuatu yang pada mulanya kita agak malas. Tapi dengan suatu paksaan ini, maka insya Allah rasa keikhlasan akan muncul dengan sendirinya. Bukankah untuk melatih keikhlasan dalam bersedekah, kita perlu berlatih bersedekah terus menerus. Mungkin pada awalnya belum rela 100 %, tetapi setelah berulang kali, maka kita tidak keberatan untuk bersedekah di kemudian hari.
Tidak ada yang salah dengan keterpaksaan, karena kita tidak akan bisa memulainya jika tidak dipaksa. Akan sulit untuk memulai kalau kita harus menunggu dan menunggu hingga kita sudah merasa enak. Kita memaksa diri kita demi kebaikan diri kita, untuk perbaikan kualitas diri, serta untuk memberikan makna pada setiap apa yang kita lakukan. Memaksa di awal, untuk menuai kebermaknaan serta kesuksesan di masa depan. Insya Allah.